Sabtu, 25 Januari 2014

Keikhlasan Hati

Gadis itu sedang duduk memandangi langit sore yang terlihat lebih gelap dari biasanya. Entah apa yang ada di pikirannya saat ini, tampak jelas dari sorot matanya penuh kesedihan. Vinny, begitulah orang-orang biasa memanggilnya. Gadis itu terpaksa harus berdiam diri dirumah dan berhenti sekolah. Bukan karena biaya atau dia di keluarkan dari sekolah, tetapi karena kecelakaan yang menimpanya kira-kira 6 bulan yang  lalu.
Seandainya saja kecelakaan lalulintas yang menyebabkan kedua kakinya diamputasi itu tidak pernah terjadi, pasti dia masih bisa menikmati kehidupannya. Kehidupannya yang penuh dengan popularitas, di kelilingi banyak teman dan cowok-cowok yang pada rebutan mau jadi pacarnya. Bagaimana tidak, Vinny adalah salah 1 siswi teladan, terpintar, tercantik dan anak dari seorang donatur di sekolahnya. Benar-benar hidup yang sempurna. Semua itu musnah begitu saja setelah kecelakaannya itu dan perusahaan ayahnya bangkrut.
Masih jelas terbayang dalam ingatannya, saat itu di senin pagi dia sedang terburu-buru mau berangkat ke sekolah karena ingin mengikuti upacara seperti senin biasanya dengan mobil kesayangannya. Saat di tikungan menuju jalan raya, tiba-tiba truk besar yang ada di depannya berhenti mendadak. Ia tak dapat mengendalikan setiran mobilnya, menabrak truk didepannya dan ter lempar keluar mobil. Naasnya, kedua kakinya terlindas mobil yang sedang melaju dengan kecepatan penuh. Mau tak mau kedua kaki yang ia miliki harus di amputasi dan dia pun harus menggunakan kursi roda. Tak lama setelah kejadian itu, perusahaan ayahnya kalah tender dan bangkrut. Menjual beberapa barang mahal yang mereka punya kecuali mobil kesayangan Vinny.
Tanpa dia sadari air mata mengalir membasahi pipinya yang chubby itu. Dia masih memandangi langit mendung. Tak lama ibunya keluar membawakan secangkir teh hangat dan roti keju kesukaannya.
“Vinny, ini teh hangat dan roti keju kesukaanmu” ujar ibu sambil meletakkannya dia atas meja yang ada diteras.
“Makasih bu” jawab Vinny.
Ketika ibu memegang pundaknya, Vinny berkata “ Sampai kapan Vinny harus begini? Tidak bisa berjalan seperti dulu” lalu ia pun tak kuasa menahan air matanya lagi.
“Sabar ya nak!! Ibu masuk dulu ya sayang” ucap ibunya dan alasan agar anak semata wayangnya itu tidak melihatnya menangis.
“Inilah dirimu Vinny, kau sungguh tak berarti lagi. Kehidupanmu sudah berakhir!” vonisnya kepada dirinya sendiri. Tak ada lagi semangat dalam hidupnya. Cita-cita yang dulu tinggi hilang begitu saja diterpa badai kesedihan.
“Ya Allah, mengapa Engkau berikan cobaan yang begitu berat kepadaku? Haruskah ku menanggung semua ini selamanya?” rintihnya.
Vinny menggerakkan kursi rodanya menuju kamar. The hangat dan roti keju yang disiapkan ibunya pun ia tinggalkan. Sesampainya dikamar, dia mencoba menuliskan sebuah puisi , hanya dengan cara ini Vinny bisa melukiskan apa yang dia rasakan. Ketika sedang menuliskan puisi, dari luar ayahnya dating membawa bungkusan untuk anaknya.
“Kamu lagi nulis apa Vin?” Tanya ayah.
“Puisi yah. Ayah bawa apa itu buat Vinny?” katanya penasaran.
“Novel Harry Potter tahun ke 7” sahut ayahnya sambil meberikan novel tebal itu ke anak semata wayangnya itu.
“Waaah.. Terima kasih ayah” jawabnya gembira sambil mencium pipi ayahnya.
Ayah pun memeluknya dengan penuh kasih sayang.
***
            Di luar sangat mendung, sang mentari tak tampak muncul menyinari bumi. Tak lama turun hujan yang sangat deras. Vinny sedang asyik memandangi bunga-bunga yang dibasahai air hujan sambil membuat sebuah puisi tentang kejadian pagi ini. Tiba-tiba kepalanya terasa amat sangat sakit dan pandangannya kabur seketika menyebabkan pulpen yang ia pegang pun jatuh.
“Ayah, ibu…”jeritnya sekuat mungkin.
“Ada apa nak?” sahut kedua orang tuanya.
“Kepalaku sakit sekali, pandangaku pun kabur”keluhnya.
Ibu tampak khawatir sekali, dan ayah berkata “Setelah hujannya reda, kita ke dokter ya!” untuk sedikit menenangkan ibu. Tak lama hujan berhenti dan mereka berangkat ke dokter dengan mobil kesayangan Vinny.
            Sesampainya, Vinny langsung di periksa dokter. Entah mengapa dokter meminta kepalanya untuk dironsen. Setelah mendengar kabar bahwa hasil ronsen sudah keluar, ayah dan ibu beserta Vinny masuk ke ruangan dokter.
“Bagaimana keadaan anak saya dok?” tanya ibu cemas.
“Bisa saya berbicara empat mata dengan bapak?” tanya dokter yang menangani Vinny.
“Tidak, Vinny mau tau hasilnya” jawab Vinny cepat dan memaksa.
“Baiklah..” kata dokter sambil menarik napas.
Ayah, ibu dan Vinny merasa hal yang buruk akan mereka ketahui.
“Sebelumnya maaf, menurut hasil pemeriksaan lab kami. Terjadi pembekuan darah di otak Vinny. Mungkin terjadi saat kecelakaan itu, terjadi benturan keras dikepalanya sehingga darahnya membeku. Bahkan akibatnya umur Vinnya akan semakin memendek. Kalaupun dilakukan operasi, kemungkinan kecil Vinny bisa selamat” jelas dokter.
Vinny dan ibunya tak kuasa menahan air mata. Mereka berdua menangis, lalu ayah mendekap erat kedua orang yang dicintainya itu.
***
            Sesampai dirumah, Vinnny tampak tenang-tenag saja. Ia piker semua orang pasti akan kembali kepadaNya, tak ada yang perlu di takuti. Tetapi lain hal dengan ayah dan ibunya. Ayah masih terlihat tegang, ibu masih menangis tersedu-sedu. Suasana menjadi hening.
“Jangan sedih begitu dong. Tak ada yang kekal” ucap Vinny memecahkan kehiningan yang ada.
“Jangan tinggalin ayah ya nak, ayah sayang banget sama Vinny” ucap ayah dan kemudian meneteskan air mata.
Tangisan ibu pun semakin deras. Ibu langsung menghampiri Vinny. Memeluk dan mencium putrinya itu.
***
            Ayah dan ibu memutuskan untuk tidur  dikamar Vinny. Ibu tidur tepat disebelah Vinny dan ayah tidur dibawah dengan alas tikar saja. Tepat jam 2 malam Vinny membangunkan ibunya, ia meminta untuk dipindahkan ke kursi rodanya. Setelah itu dia minta diantarkan wudhu. Setelah itu ia sholat tahajud, dan memutuskan untuk membaca Al-Qur’an dengan penuh khidmat. Setelah beberapa lama membaca Al-Qur’an, ia berdo’a.

“Ya Allah, Engkau telah mengambil kedua kakiku. Dan aku tahu, sebentar lagi Engkau akan mengambil nyawaku. Aku sudah siap kembali pada-Mu ya Allah. Tapi aku mohon, setelah Engkau memanggilku, tabahkanlah kedua orang tuaku, lindungilah mereka dan bahagiakanlah mereka. Jangan buat mereka rindu kepadaku karena itu bisa menjadikan mereka bersedih.”Air mata Vinny pun mengalir.
Ayah dan ibunya yang mendengar semua doa Vinny memeluknya dengan air mata yang terjatuh. Mereka berpeluka. Di dalam pelukan itu, Vinny mendengar suara nyanyian  dari Surga yang membuat hatinya ikhlas menerima semua itu.