Jumat, 15 November 2013

Inovasi Manusia Terhadap Anyaman




            Inovasi dapat diartikan sebagai sesuatu yang baru dalam situasi sosial tertentu yang digunakan untuk menjawab atau memecahkan suatu permasalahan. Kata innovation sering diterjemahkan sebagai segala hal yang baru atau pembaharuan. Inovasi juga sering dicampur adukkan dengan istilah kreatif. Jadi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, inovasi merupakan penemuan baruyang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya.

Nah, pada artikel ini saya akan membahas tentang Inovasi Manusia Terhadap perkembangan Anyaman.



Anyaman adalah serat yang dirangkaikan hingga membentuk benda yang kaku, biasanya untuk membuat keranjang atau perabot. Anyaman seringkali dibuat dari bahan yang berasal dari tumbuhan, namun serat plastik juga dapat digunakan. Bahan yang digunakan bisa bagian apapun dari tanaman, misalnya inti batang tebu atau rotan atau keseluruhan ketebalan tanaman, seperti misalnya dedalu. Bahan lainnya yang terkenal digunakan sebagai anyaman adalah gelagah dan bambu. Biasanya rangkanya dibuat dari bahan yang lebih kaku, setelah itu bahan yang lebih lentur digunakan untuk mengisi rangka. Anyaman bersifat ringan tapi kuat, menjadikannya cocok sebagai perabot yang sering dipindah-pindah. Anyaman sering digunakan untuk perabot di beranda dan teras.
Anyaman merupakan bentuk kebudayaan yang mempengaruhi kebudayaanmasyarakat Melayu. Anyaman bukan saja menjadi kerajinan tangan semata, tetapi  lebih dari itu anyaman merupakan karya seni yang tidak hanya cantik, tetapi juga indah.
Secara harfiah, anyaman berarti hasil persilangan bahan-bahan tertentu melalui sebuah pola hingga mengasilkan sebuah karya. Bahan-bahan yang banyak digunakan sebagai bahan anyaman adalah rotan, lidi, akar, pelepah, bambu, enceng gondok, dan beberapa jenis tanaman lain yang dapat dikeringkan. Bahkan dengan berkembangnya kreatifitas dari para pengrajin, sekarang ini sudah ada yang berbahan dari sampah-sampah plastik rumah tangga. Dari hanya sekedar sampah rumah tangga bias disulap menjadi sebuah anyaman. Hasil karya yang bias digunakan kembali dengan layak tanpa mengurangi nilai kecantikan dan keindahan.
Pada zaman dahulu, masyarakat purba sudah mengenal rotan dan akar yang telah dibasahi terlebih dahulu agar mudah dalam bentuk sebuah tali simpul yang digunakan untuk mengikat hewan peliharaan dari bumi kita.
Seni anyaman berasal dari hasil karya masyarakat melayu yang hingga saat ini masih dikagumi dan juga saat diminati. Rumah-rumah pedesaan yang memakai bilik dari bambu merupakan salah satu bentuk yang paling nyata dari eksistensi anyaman itu sendiri.
Tahukah kamu, bahwa usia anyaman ini sama tuanya dengan usia peradaban manusia? Konon , manusia mulai mengenal anyaman ketika melihat burung yang sedang membangun sarangnya yang kokoh. Seni anyaman sudah berkembang ribuan tahun lamanya dan dipercaya sudah berkembang sejak masa neolitihikum (seni bercocok tanam) dan kelahirannya disejajarkan dengan kelahiran seni tembikar. Dan tembikar sendiri adalah alat keramik yang dibuat oleh pengrajin. Tembikar dibuat dengan membentuk tanah liat menjadi suatu obyek. Alat tembikar yang paling dasar adalah tangan.
Pernahkah kamu mendengar kota Pedamaran di Sumatera Selatan? Menyandang sebagai kota tikar, kegiatan anyaman di kota ini berlangsung setiap waktu dan dilakukan oleh ibu-ibu dan gadis remaja. Para penganyam ini, terutama yang masih dalam tahap belajar membuat anyaman dengan penuh keseriusan agar anyaman sesuai dengan pola yang telah ditentukan. Karena, apabila dari beberapa langkah dalam menganyam maka hasil anyamannya akan berbeda. Anyaman bukan saja menjadi sebuah karya seni, tetapi juga sebagai media komunikasi dan sosialisasi bagi penduduk.
Dalam proses menganyam, terjadi saling interaksi baik berupa pertanyaan, guyonannya, dan perbincangan ringan yang bertujuan sebagai tali pengikat keakraban pengikat keakraban bersama. Seperti halnya dengan para perajin anyaman di desa. Misalnya tikar, proses mengayam menjadi kegiatan sosial, sebuah proses tempat berlangsungnya pertukaran cerita. Hampir diseluruh wilayah Kepulauan Indonesia, anyaman ini dikenal dan setiap wilayah itu pun memiliki pola atau motif tersendiri sehingga menjadi cirri khas masing-masing wilayah. Sejak kemunculannya, seni mengayam ini dipercaya dan diawali tanpa ada campur tangan bahan dari luar. Semua bahan yang dulu digunakan merupakan bahan-bahan dari hutan yang banyak tersebar. Penggunaan tali, akar, dan rotan merupakan bahan-bahan dasar untuk menciptakan anyaman. Jenis tumbuhan ini banyak sekali tumbuh dihutan-hutan  sehingga masyarakat tidak akan kesulitan untuk mendapatkannya. Pencipta model atau bentuk anyaman disesuaikan dengan fungsi kebutuhan sehari-hari.Misalnya anyaman berbentuk topi,tudung saji, tikar, bakul, dan berbagai bentuk lainnya yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Waktu yang digunakan untuk mengayam pun dilakukan pada saat pagi hari atau di malam hari di mana suhu udara mendingin. Pemilihan waktu bukanlah suatu alasan. Pemilihan pagi atau malam ari ditunjukkan agar daun-daun mudah dibentuk sesuai dengan pola tanpa meninggalkan kesan pec ah pada hasil anyamannya. Biasanya kegiatan menganyam ini dilakukan di halaman rumah pada waktu pagi, sore atau malam hari sambil berkumpul dengan tetangga secara berkelompok.

  • Jenis-jenis Anyaman..

Dilihat dari ciri-ciri fisiknya, anyaman terbagi dalam tiga kategori yaitu :
1.      Anyaman Datar

Jenis anyaman ini dibuat datar, pipih dan lebar. Anyaman datar biasanya digunakan sebagai bilik pada rumah tradisional, tikar, pembatas ruangan, dan barang hias lainnya.
Anyaman datar dapat dibentuk dengan berbagai pola. Untuk pembentukan pola, dibutuhkan kelihaian tangan yang ekstra dan kecermatan dalam membentuk pola atau pun alur anyaman.




2.      Anyaman Tiga Dimensi

Anyaman ini merupakan pengembangan bentuk dari anyaman tradisional yang memiliki bentuk sederhana tetapi sudah lebih dikembangkan dan ditekankan pada nilai seni dan fungsionalnya yang lebih tinggi. Misalnya tas, sandal, sepatu, kursi, tempat nasi, wadah, dan lampu lampion.



3.      Macrame

Macramé merupakan seni keahlian tangan menyimpul bahan dengan dibantu alat pengait. Seperti jarum. Dengan teknik makreme, pengrajin dimungkinkan untuk dapat membentuk sambungan dan menciptakan pola-pola baru yang lebih bagus. Benda anyaman yang dibentuk dari teknik makreme di antaranya adalah taplak meja, keset kaki, dan bentuk souvenir.

  • Sentra-Sentra Kerajinan Anyaman Nusantara

Sangat mudah menemukan hasil kerajinan anyaman sekarang ini. Hampir di setiap wilayah dapat ditemukan dengan mudah. Ketika Anda sedang berada di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Anda akan menemukan kerajinann ini di kawasan Rajapolah yang sangat terkenal dengan kerajinan anyaman yang antara lain tikar, anyaman dari bamboo, perabot rumah tangga, dan jenis anyaman lainnya yang memiliki fungsi dan nilai yan g tinggi.
Selanjutnya di Kecamatan Manggir, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, juga merupakan sentra dari anyaman bambu. Bahan baku bambu yang dipilih pun bukan bambu sembarangan. Bambu Apus dipilih karena bamboo tersebut memiliki karaktekristik ulet dan lemat untuk dijadikan bahan anyaman. Para pengrajin di Kecamatan Manggir ini lebih banyak membuat besek dan keranjang.
Di Jawa Timur tepatnya di desa Gintang, Banyuwangi ada sentra bambu yang cukup terkenal. Sentra anyaman ini juga menjadi tempat workshop bagi para pembeli yang ingin belajar tentang anyaman. Pembeli dapat melihat langsung proses pembuatan anyaman yang dilakukan oleh para pengrajin.
Beralih ke Pulau Sumatera. Penduduk Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) menghasilkan anyaman tikar yang terbuat dari daun pandan. Di Riau pun penduduknya menggunakan pandan sebagai bahan baku utama dari anyaman. Sentra pengrajin utama anyaman pandan yang sangat terkenal berada di Kabupaten Indragiri Hilir dan Kabupaten Pelalawan.
Sedangkan anyaman rotan banyak dijumpai di Kabupaten Indragiri Hilir dan Kabupaten Pekanbaru. Kabupaten Kuantan Senggigi dan Kabupatn Kampar merupakan daerah terkenal akan anyaman bambu dan anyaman pandannya. Di Kalimantan tepatnya di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan terdapat sentra anyaman purun.
Singkatnya, semua daerah di negeri ini dapat kita temui kerajinan anyaman. Tentunya dengan pengembangan dan adaptasi dari budaya yang berkembang di wilayah asalnya tersebut.

  • Berita Tentang Anyaman

Kerajinan Anyaman Pelepah Pohon Pisang - Dari Coba-coba Akhirnya Tembus Luar Negeri
Pohon pisang selama ini tidak banyak memiliki makna. Usai buah pisang masak, pohon ini akan ditebang dan dibuang hingga akhirnya membusuk. Namun di tangan Tukimin, warga Tanjungharjo, Nanggulan Kulonprogo, pelapah pohon pisang ini mampu menghasilkan uang hingga jutaan rupiah. 

Kerajinan anyaman berbahan serat alam sempat booming di era 1990-an. Saat itu banyak produk kerajinan menggunakan bahan serat ecen gondok ataupun tali rami. Eceng gondok ini mampu dijadikan berbagai produk kerajinan untuk memenuhi pangsa ekspor. Mulai dari tas, boks, hingga beberapa kombinasi furnitur lainnya. Namun kerajinan ini tidak bisa bertahan lama. 

Banyak perajin kesulitan mendapatkan eceng gondok. Bahan baku harus didatangkan sampai dari luar daerah, seperti dari Ambarawa, Jawa Tengah. Di samping itu, serat dari eceng gondok juga mudah patah dan kurang kuat. Tukimin, yang merupakan salah satu perajin serat alam, mencoba membuat variasi usahanya. Kebetulan di sekitar tempat tinggalnya banyak tanaman pisang yang tidak dimanfaatkan. 

Tanaman pisang yang usaidipanen ini, batangnya dikelupas dan dijemur hingga benarbenar kering. Akhirnya, dijadikan seperti tali untuk membuat anyaman. “Awalnya hanya eceng gondok, tetapi karena bahannya sulit saya mencoba dari serat pelepas pisang,” ucapnya. Dari usaha mencoba-coba ini, pria yang kini menjadi Kepala Desa Tanjungharjo, Nanggulan ini mampu membuahkan hasil yang cukup lumayan. Sampel produk ditawarkan kepada buyer yang biasa memesan anyaman eceng gondok. 

Anyaman ini justru mampu memikat beberapa buyer dan langsung memesan. Hingga kini, Tukimin telah menghasilkan lebih dari 150 model produk anyaman berbahan pohon pisang. Mulai dari keranjang laundry, hiasan dinding, karpet, hingga keranjang multifungsi lainnya. Dibantu sekitar 100 pekerja, dia mampu menghasilkan produk minimal 500 unit per bulan. Produk ini semuanya dijual ke pasar ekspor, khususnya di Eropa, Amerika, Australia, dan sejumlah pasar di Asia lainnya. 

“Krisis Eropa dan Amerika membuat permintaan pasar menurun,” kata pemilik CV Indo Seagrass ini. Produksi kerajinan pasar ekspor sulit menggantungkan dari broker. Biasanya akan ada pertemuan yang difasilitasi broker dengan mengundang buyer dan perajin. Di sinilah sampel produk ditawarkan dan akan terjadi transaksi. “Omzet per bulan bisa sampai Rp100 juta,” katanya. Marketing PT Asia Perkasa Anom Sujoko mengatakan, pelepah pisang banyak diminati karena produknya lebih kuat. 

Di samping itu, seratnya juga lebih halus. Hal inilah yang banyak membuat buyer tertarik membeli. “Sebelum krisis, dalam satu meeting bisa ada 4 produk yang disepakati. Sekarang satu sudah bagus,” ungkapnya. Meski begitu, pasar ekspor produk anyaman serat alam ini tidak ada matinya. Setiap bulan masih saja ada permintaan dari pasar, meski sudah tidak sebesar dulu lagi.

  • Masa depan Produk Anyaman

Perkembangan ilmu dan teknologi turut serta dalam mempengaruhi perkembangan seni anyaman ini.  Dulu, hanya bahan-bahan yang berasal dari alam saja yang digunakan sebagai bahan dari anyman itu sendiri, tetapi sekarang ini sampah plastik dan ban sekalipun bias disulap menjadi bahan baku dari anyaman yang tidak kalah bagus dan memiliki nilai yang tinggi.
Memang animo masyarakat untuk membeli atau menggunakan produk anyaman masih jauh, terutama pada anyaman tradisional yang dibandingkan dengan produk-produk mutakhir lainnya. Para pengrajin yang melalui sentra-sentra pengrajin melakukan promosi dari berbagai kegiatan, misalnya pada acara pameran atau eksebisi.
Untuk mendongkrak promosi, para pengrajin juga melakukan ekspansi pasar ke berbagai wilayah termasuk ekspor ke luar negeri seperti Negara tetangga Malaysia, Jepang Australia, Belanda, dan Negara-negara di Timur Tengah lainnya.
Pesatnya perkembangan industri anyaman ini tidak di imbangi oleh ketersediaan bahan baku, setidaknya itulah permasalahan yang dirasakan oleh berbagai pengrajin di negeri ini. Jadi, pengrajin harus rajin berburu bahan baku sampai harus ke luar daerah untuk mendapatkan bahan baku dari anyaman tersebut. Tentu, berkurangnya pasokan bahan baku ini akan berimbas pada harga yang ditawarkan produk anyaman tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan produk lainnya.
Anyaman perlu dilestarikan dan bagi para pengrajin anyaman hendaknya terus membuat inovasi terbaru sehingga menarik perhatian konsumen tidaknya dari dalam negeri tetapi juga dari luar negeri.
Itulah pembahasan sederhana tentang Anyaman dari masa ke masa. Dapat disimpulkan bahwa inovasi manusia dapat dijadikan kenyataan didunia. Kehidupan manusia tidak lepas dari hasil kreatifitas yang muncul dari pemikiran orang-orang hebat dan mereka yang menciptakannya dengan bantuan serta izin Tuhan.


Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar